Start with WHY
Manusia adalah makhluk makna, setiap yang kita kerjakan akan lebih hebat eksekusinya ketika kita paham betul apa maknanya, apa tujuannya.
Simon Senek seorang penulis & pelatih/motivator kepemimpinan, mengatakan dan menulis sebuah buku bertajuk: Start with WHY.
Nabi Muhammad SAW mengatakan: Sesungguhnya setiap perbuatan itu dengan/berdasar niatnya.
Niat itu apa lagi kalau bukan deklarasi tujuan yakni WHY yang mendasari keputusan kehendak untuk beraksi, krenthek kalau dalam bahasa Jawa, gerakan hati yang menjadi gerakan langkah.
WHY Ayah Cerdas
Perkenalkan saya Ainun Najib, saya juga seperti anda semua, hanyalah seorang manusia yang terus berupaya mencari makna di dunia. Ayah Cerdas ini saya dapati sebagai langkah bermakna yang buat saya pribadi menggabungkan hampir semua kombinasi dimensi diri saya pribadi:
Ingin menjadi manusia yang bermanfaat buat manusia yang lain
Ingin menjadi ayah yang selalu mengupayakan yang terbaik bagi anak-anak saya
Ingin mensyukuri anugerah yang Allah berikan kepada saya, misalnya kecerdasan & cara berfikir logis, ilmu di bidang teknologi, celupan spiritual religi, didikan masa kecil bernuansa tradisional & Islami dan petualangan masa dewasa di kancah nasional & dunia
Ingin meninggalkan “legacy” jariyah yang bisa tetap ada meski setelah saya tiada
Konon karya yang terbaik itu biasanya karena memecahkan masalah, kegelisahan, aspirasi pribadi dari yang membuatnya. “Scratch your own itch” istilahnya di dunia startup.
Alhasil saya dapati, my greatest itch, my most important problem to solve, adalah “bagaimana saya sebagai orang tua bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya”. Lebih spesifik lagi, menghadapi tantangan zaman now, selaku orang tua generasi Milenial (kelahiran 1980-1995) yang memiliki anak-anak generasi Alpha (kelahiran 2010-2025), mempersiapkan mereka untuk zaman yang akan samasekali jauh lebih berbeda lagi (gasp! akan seperti apa nantinya?!).
Tantangannya zaman digital, internet & media sosial, era interconnected 4.0 dan mulainya era AI.
Orang tuanya digital-migrant yang terakhir, yang terakhir bermasa kecil sebelum teknologi informasi merajai.
Anak-anaknya bukan hanya digital-native tapi juga AI-native. Lahir langsung ketemu AI seperti recommendation system YouTube yang kemudian mengarahkan mereka menjadi fanatik Baby Shark.
Lalu akan seperti apa “zaman yang samasekali berbeda” yang akan dihadapi anak-anak kita? Dan bagaimana mempersiapkannya?
Saya pribadi tidak tahu bagaimana caranya. Saya pribadi hanya bisa menerka-nerka apa yang perlu disiapkan untuk mereka. Tapi saya tahu pasti saya ingin mengupayakan yang terbaik untuk mereka. Dan saya ingin berbagi perjalanan upaya ini kepada anda, semoga bisa bermanfaat untuk anda sekeluarga.
Itulah WHY saya.
Bismillahi majreha wa mursaha.
Ainun Najib,
Singapura, 14 Maret 2021
Silahkan berlangganan: ayahcerdas.id --> ayahcerdas.substack.com
Follow:
IG: @ayahcerdas
Twitter: @AyahCerdasNajib
Facebook: Keluarga Dz Dz A